HP Organ Tubuh Tambahan? Ini Fakta Gen Z Ketergantungan Gadget

Hampir setiap aktivitas kini tak bisa lepas dari ponsel. Dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali, HP menjadi teman setia Gen Z yang selalu ada di genggaman. Bahkan, banyak orang merasa “ada yang kurang” jika tidak membawa ponsel, termasuk ke kamar mandi. Bagi gen Z, perangkat ini bukan sekadar alat komunikasi, melainkan bagian dari gaya hidup digital yang melekat kuat.


Survei terbaru yang dilakukan oleh Reviews.org (2024) terhadap 1.000 warga Amerika menunjukkan bahwa rata-rata Gen Z memeriksa ponsel mereka sebanyak 205 kali dalam sehari, dan menghabiskan waktu lebih dari 6 jam per hari di depan layar HP. Bahkan, 65,7% responden mengaku membawa ponsel saat ke kamar mandi. Data ini menggambarkan pola penggunaan yang sangat intens dan menunjukkan betapa gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.


Fenomena ini dikenal dengan istilah nomophobia (no mobile phone phobia), rasa cemas yang muncul saat seseorang tidak memegang atau berada jauh dari ponselnya. Meskipun istilah ini terdengar ekstrem, namun gejalanya sudah sangat umum, yaitu panik saat ponsel ketinggalan, merasa gelisah ketika tidak ada sinyal atau baterai habis, hingga terus-menerus mengecek notifikasi bahkan saat tidak ada hal penting.


Ketergantungan terhadap ponsel memang sering kali tidak disadari. Kebiasaan seperti membuka media sosial begitu bangun tidur, scrolling TikTok tanpa tujuan, atau bahkan mengecek ponsel setiap lima menit, menjadi rutinitas yang terasa wajar. Padahal, semua ini bisa berdampak pada kesehatan mental dan fisik. Beberapa di antaranya termasuk menurunnya konsentrasi, gangguan tidur, hingga berkurangnya kualitas interaksi sosial di dunia nyata.


Lantas, kenapa kita bisa sedemikian melekat pada gadget? Jawabannya ada pada cara kerja otak kita. Setiap kali kita mendapatkan notifikasi, like, atau komentar, otak akan melepaskan hormon dopamin (zat kimia yang memicu rasa senang). Inilah yang membuat kita terus terdorong untuk membuka ponsel berulang kali, bahkan tanpa alasan jelas. Proses ini mirip seperti sistem reward yang juga ditemukan dalam berbagai bentuk kecanduan lainnya.


Meski begitu, bukan berarti kita harus sepenuhnya meninggalkan teknologi. Justru di era digital ini, ponsel dan internet sangat membantu dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari belajar, bekerja, hingga berkomunikasi. Namun, penting bagi kita untuk mulai membangun kesadaran digital, kapan harus online, kapan harus disconnect.


Beberapa langkah kecil bisa jadi awal perubahan. Mulai dari membatasi waktu penggunaan gadget, menonaktifkan notifikasi yang tidak penting, hingga mencoba digital detox setidaknya satu hari dalam seminggu. Mengganti waktu layar dengan aktivitas lain seperti membaca buku, menulis jurnal, atau sekadar berjalan sore juga bisa menjadi cara efektif untuk kembali terhubung dengan dunia nyata.


Akhirnya, gadget adalah alat yang dibuat untuk membantu manusia, bukan untuk mengendalikan manusia. Sudah saatnya kita mengambil kembali kendali atas hidup kita dan belajar hadir sepenuhnya, bukan hanya di layar, tapi juga di dunia nyata.


Sumber referensi:

Reviews.org. (2024, Januari 2). 2024 cell phone behavior report: Americans check their phones 144 times a day. https://www.reviews.org/mobile/cell-phone-addiction/ 

Antara News. (2024, April 4). Survei: Rata-rata Gen Z Amerika gunakan ponsel 6 jam per hari.h ttps://www.antaranews.com/berita/4557378/survei-rata-rata-gen-z-amerika-gunakan-ponsel-6-jam-per-hari 


-Laras Safitri



Media sosial Mahawarta:

Instragram: @mahawartapers

Tiktok: @mahawarta 

X/Twitter:@mahawartapers

YouTube: Mahawarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INOVASI DALAM PENDIDIKAN YANG SEMAKIN MAJU UNTUK MEWUJUDKAN INDONESIA EMAS DALAM PERAYAAN DIES NATALIS UNNES KE - 60 TAHUN 2025

Tradisi Berbagi Takjil di Bulan Ramadan

TREN KEBUGARAN DAN GAYA HIDUP ALA GEN Z