Postingan

Kebanggaan di Balik Layar Tribun: Cerita Para Pengerek Koreo

Gambar
Mahawarta - sebelum suara sorak memenuhi stadion, sebelum peluit pertama memecah keheningan lapangan, ada sosok-sosok yang datang lebih awal. Tanpa sorotan kamera, tanpa panggung. mereka mempersiapkan sesuatu yang akan mengguncang langit tribun. Mereka adalah para pengerek koreo, para pelukis semangat, yang karyanya tak pernah berakhir dengan tepuk tangan, tapi selalu memulai gelombang gairah di tribun biru. Senja mulai merambat di atas Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Angin berhembus lembut, menggoyangkan kursi-kursi kosong di tribun. Inilah momen sunyi sebelum badai suara. Tapi di balik keheningan itu, ada gerak. Ada sekelompok orang yang mulai bekerja, mempersiapkan sesuatu yang luar biasa: koreografi raksasa. Tak banyak yang tahu nama mereka. Tak ada yang memanggil mereka ke konferensi pers. Namun, tangan-tangan inilah yang menyusun setiap meter kain, mengikat setiap detail dengan presisi. Wajah-wajah serius, tangan cekatan, dan waktu yang habis bukan untuk kepentingan pribadi, ...

Pensiun Atlet = Jadi Pengangguran

Gambar
Mahawarta - banyak atlet Indonesia yang berjasa mengharumkan nama bangsa justru menghadapi kenyataan pahit setelah pensiun. Meski dulu dielu-elukan, tak sedikit dari mereka yang kini hidup dalam keterbatasan, bahkan harus bekerja serabutan seperti buruh cuci atau tukang las untuk bertahan hidup. Kenapa fenomena ini bisa terjadi? Karier atlet sangat singkat, umumnya berakhir di usia muda karena faktor fisik dan cedera yang menumpuk selama bertahun-tahun latihan keras. Setelah pensiun, banyak atlet tidak punya bekal pendidikan atau keahlian lain di luar olahraga, sehingga sulit bersaing di dunia kerja. Lebih parah lagi, Indonesia selama ini belum memiliki sistem pensiun atau jaminan hari tua yang layak untuk para atlet, kecuali hadiah atau bonus yang sifatnya sekali cair dan cepat habis jika tidak dikelola dengan baik. Baru-baru ini, pemerintah mulai menyusun Peraturan Pemerintah (PP) untuk memberikan dana pensiun bagi atlet peraih medali Olimpiade, dengan skema mirip veteran. Namun, be...

Organisasi Itu Nggak Penting? Yuk, Pikir Ulang!

Gambar
Mahawarta - Di kalangan mahasiswa, sering muncul keluhan soal organisasi kampus. Banyak yang merasa capek, terbebani, bahkan kecewa karena ekspektasi mereka tidak terpenuhi. Sebagian besar merasa terjebak dalam aktivitas yang tidak memberi makna. Kalau tujuan awal ikut organisasi cuma untuk nambah poin di CV, wajar saja kalau kamu nggak nemu esensinya. Mungkin bukan organisasinya yang bermasalah, tapi belum ada kesadaran kenapa kamu memilih jalan itu. Tanpa kesadaran dan tujuan yang jelas, organisasi cuma jadi rutinitas kosong. Kamu ikut rapat, diskusi, atau kegiatan, tapi nggak ngerti kenapa kamu di sana. Akibatnya? Capek yang nggak berbuah hasil, tambahan grup WhatsApp yang isinya hanya basa-basi, dan wawasan yang mandek. Organisasi seharusnya jadi tempat tumbuh, bukan sekadar tempat ngumpul. Organisasi juga bukan tempat pelarian dari rasa gabut. Justru, organisasi kampus adalah ruang belajar nyata. Di sana, kamu diuji mengatur waktu, mengelola konflik, dan membangun jejaring strate...

Krisis Kantong Menjelang Akhir Bulan: Rekomendasi Masakan Simple untuk Anak Kos

Mahawarta - menjelang akhir bulan, puluhan ribu mahasiswa perantau di berbagai kota harus berhemat ketat dengan sisa uang yang kian menipis. Di tengah situasi tersebut, deretan warung dan gerobak kaki lima yang menawarkan hidangan ekonomis tak sekadar mengisi perut—mereka juga menjadi andalan untuk menjaga kestabilan emosi dan semangat belajar. Kuliner “murah meriah” inilah yang kerap menyelamatkan keseharian anak kos, dari nasi kucing Rp 6.000 hingga seporsi bakso gerobak di bawah Rp 15.000, menjadi solusi praktis kala kantong hampir kering. Namun, tak sedikit mahasiswa yang memilih memasak sendiri demi menghemat lebih banyak dan menyesuaikan gizi. “Dengan modal dapur bersama dan bahan pokok seperti telur, sayur, serta beras, saya bisa memasak menu sederhana setiap hari dengan biaya kurang dari Rp 10.000 per porsi,” kata Mei, mahasiswi Pendidikan Bahasan dan Sastra Indonesia, Unnes. Pilihan ini kini semakin populer di kalangan anak kos, yang melihat dapur kos bukan sekadar ruang sempi...

Kenapa Kamu Harus Mulai Rutin Lari Minimal 2 Kali Seminggu

Gambar
Di tengah rutinitas harian yang padat mulai dari tugas sekolah atau kuliah, kerjaan yang menumpuk, hingga hiburan digital yang makin mudah diakses banyak dari kita tanpa sadar semakin jarang bergerak. Duduk terlalu lama di depan layar, rebahan maraton nonton serial, atau bekerja sampai larut malam bisa membuat tubuh kita ‘diam’ terlalu lama. Menurut data dari World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia, lebih dari 80% remaja di dunia kekurangan aktivitas fisik. Ini bukan sekadar angka statistik tetapi cerminan bahwa banyak dari kita sedang mengabaikan kesehatan diri sendiri. Padahal, cuma dengan lari ringan dua kali seminggu, kamu bisa merasakan banyak manfaat yang signifikan bukan hanya untuk kesehatan fisik, tapi juga mental. Yuk, simak alasan kenapa kamu sebaiknya mulai rutin lari mulai minggu ini juga! Meningkatkan Mood dan Kesehatan Mental Lari adalah salah satu cara paling alami untuk membuat suasana hati lebih baik. Ketika kamu berlari, tubuh akan melepaskan...

Main Character Syndrome: Antara Ekspresi Diri dan Ilusi Digital

Gambar
Di tengah derasnya arus media sosial yang serba visual dan instan, generasi Z dan Alpha tengah ramai memperbincangkan fenomena Main Character Syndrome. Ini adalah gejala sosial di mana seseorang merasa atau bersikap seolah dirinya adalah tokoh utama dalam film kehidupan, lengkap dengan narasi dramatis dan pengemasan estetika untuk konsumsi digital. Fenomena ini muncul sebagai respons terhadap tekanan sosial dan kebutuhan eksistensial—menjadi “karakter utama” dianggap sebagai bentuk pemberdayaan diri,cara untuk merebut kendali atas narasi hidup masing-masing. Namun, di balik semangat ekspresi tersebut, tersimpan paradoks yang mencemaskan: ketika semua orang berlomba menjadi pusat cerita, dimensi kolektif dalam kehidupan nyata berisiko memudar. Empati menjadi langka, pengalaman orang lain kehilangan makna, dan kebahagiaan berubah menjadi tontonan. Saat dunia dijalani demi konten, otentisitas pun bergeser menjadi pertunjukan. Bahkan kesedihan dikurasi agar tampak puitis dan layak viral. A...

Antara Buku dan Piring Kosong: Dilema Mahasiswa Penerima KIP-K

Gambar
Mahawarta - Keterlambatan pencairan dana Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) masih menjadi persoalan yang cukup serius bagi mahasiswa penerima bantuan, terutama dalam mengelola kebutuhan makan sehari-hari. Menurut informasi yang terkumpul, selain adanya isu efisiensi anggaran yang tengah ramai dibincangkan, proses pembaruan data di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) juga menjadi kendala. Pergantian status mahasiswa dari semester ganjil ke semester genap harus diperbarui agar pencairan dana bisa dilakukan, namun proses ini sering terkendala masalah teknis sehingga menunda pencairan. Berkaitan dengan jadwal pencairan, salah satu mahasiswa penerima KIP-K Universitas Negeri Semarang menyampaikan bahwa tidak ada jadwal khusus yang ditetapkan, sehingga tidak dapat dipastikan kapan dana cair. Meski begitu, sebagian mahasiswa mencoba memperkirakan pencairan akan terjadi sekitar satu bulan setelah semester baru dimulai. Pada kenyataannya, dana baru cair pada akhir bulan Maret 2025, p...